Selasa, 09 Juli 2019

SILATURAHMI PEGIAT SAMPAH MEMBLUDAK

Awalnya, aku ingin membuat depo atau bank sampah sebagai percontohan, untuk selanjutnya bisa diduplikasi oleh banyak orang setelah sukses beroperasi. Keinginan itu sudah bulat adanya, bahkan aku telah meminta management klinik Monas untuk menyisihkan dana, mulai menabung tiap bulan untuk modal mendirikannya.


Gambar mungkin berisi: 6 orang, orang duduk

       Gambar mungkin berisi: 2 orang, teks

 

Gambar mungkin berisi: 1 orang, duduk dan tabel   


Bagaimana tidak, keresahan tentang sampah ini sudah tak bisa tertahan lagi. Seiring berjalan giat peduli sampah ini, perlahan mulai terbuka jaringan, wajah baru, kenalan baru. Dan ternyata, mereka banyak sekali dan antusiasnya benar-benar tak terduga. Maka atas nama Karang Taruna Kabupaten Tegal dan ASOBSI (Asosiasi Bank Sampah Indonesia), kami menggagas acara ini. Silaturahmi pegiat sampah. Jadi bagi siapapun yang peduli tentang sampah, silahkan datang saja. 

Sebelumnya, aku tak bisa memprediksi berapa orang yang akan hadir hari Minggu siang kemarin (7/7). Begitu pula Kak Budi (ketua ASOBSI) dia hanya bilang "kayaknya banyak" tanpa bisa menyebut jumlah pastinya. Acara itu terbuka untuk umum, bukan hanya pegiat bank sampah saja, tapi mulai dari dekan universitas, mahasiswa, ibu rumah tangga, penulis, petugas kesehatan lingkungan, pengrajin sampah, karang taruna, komunitas literasi peduli sampah, DLH, hingga pemulung hadir menyesaki ruang tamu "rumah Talang" kemarin siang. Mereka datang karena melihat dari undangan yang tersebar di media sosial dan juga karena mendengar siaran langsung wawancara di radio Slawi FM sehari sebelumnya. Terlebih-lebih, ternyata ada 7 orang tamu dari Purwokerto yang sengaja datang ke acara itu. Masya Allah, sungguh suatu kehormatan. Ada pula kawan musisi yang sengaja pulang dari Jakarta hanya untuk mengikuti acara tersebut, padahal dia sedang mencari nafkah disana.

Tamu membludak, sampai masuk ke lorong, hingga meluber keluar pintu. Kak Nuryadi saja --ketua HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) Kabupaten Tegal-- sampai tak dapat tempat di dalam ruangan. Masih ingat saat dia memperkenalan diri sambil berdiri di luar pintu. Dia yang jauh datang dari Jatinegara, melewati TPA Penujah benar-benar tak ingin melewati acara itu. Merasa terpanggil, maklum, satu-satunya organisasi profesi yang langsung berhubungan dengan kesehatan lingkungan, adalah HAKLI, yang kini dibawah kepemimpinan dia. Aku tambah bingung lagi, saat tamu masih terus berdatangan, satu per satu, di kala ruangan sudah tak muat lagi. Ya sudahlah, memang hanya muat segitu, mau bagaimana lagi. Aku pasrah. Entah berapa orang di luar pintu sana yang terpaksa tak bisa masuk bergabung.

Acara dibuka dengan lantunan lagu "Indonesia Raya", seperti kebiasaan pertemuan-pertemuan di klinik Monas, aku mewajibkan lagu kebangsaan harus dinyanyikan bersama. Ini semangat falsafah pergerakan kita semua, untuk Indonesia tercinta. 

Dilanjut dengan alunan puisi "Kepada kawan-kawan di jalan keheningan" karya Teguh Esha yang dibacakan lantang oleh dokterku yang selalu bersemangat, dr. Rohmat. Silaturahmi berlanjut dengan agenda perkenalan. Aku rasa ini penting, karena ini adalah awal pertama kali ada silaturahmi, agar saling mengenal. Disini kami tertegun, betapa beragamnya kami dalam satu ruangan yang sesak, semua peduli tentang sampah, semua penuh harap untuk Tegal bebas sampah. Acara perkenalan ini jadi riuh gembira saat Kak Umar memperkenalkan diri. "Ini dia yang lagi viral!" ujar kawan literasi. Kak Umar memang lagi naik daun gara-gara karyanya membuat lukisan dengan sampah sisa bungkus makanan. Dia diliput banyak media cetak dan televisi.

Berlanjut dengan paparan tentang penyakit dampak akibat sampah oleh dr. Rohmat. Disini kita jadi melek, apa yang akan terjadi dengan kesehatan kita jika tidak peduli akan sampah. Banyak hal buruk yang bisa dicegah, banyak pengeluaran biaya pengobatan yang tak perlu keluar, jika sampah dikelola dengan benar.

Acara dilanjut dengan diskusi yang dipandu oleh kak Budi, ketua ASOBSI Kabupaten Tegal mengenai rencana pembentukan 100 bank sampah di Kabupaten Tegal. Diskusi mengalir, sehingga mengerucut pada beberapa pertanyaan akan langkah nyata apa yang harus diambil untuk menuju Tegal Bebas Sampah.

Tentunya dengan durasi acara silaturahmi itu tidak lantas menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dalam benak para pegiat siang itu. Aku pun menyadarinya. Tapi, tak mengapa lah. Ini awal jumpa, berikutnya mulai akan tertata agenda, materi dan progres secara sistematis. Rencananya, pertemuan silaturahmi pegiat sampah ini akan rutin diadakan setiap bulannya. Bulan depan mungkin di Kecamatan Bojong.

Pertemuan diakhiri dengan kesepakatan-kesepakatan mengenai agenda dan langkah perjuangan berikutnya. Akhirnya, acara ditutup menjelang maghrib, dengan harapan besar, dengan semangat menyala, bahwa Tegal bisa bebas sampah. Ya, sangat bisa!

2 komentar:

LAUNCHING KABUPATEN TEGAL TERSENYUM, PROGRAM PENANGANAN LIMBAH MINYAK JELANTAH MELALUI SEDEKAH PERTAMA DI JAWA TENGAH

Selasa (23/2/21) Rumah Sosial Kutub berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Tegal telah melaksanakan Launching Tegal Tersenyum di Desa Uju...