Rabu, 05 Juni 2019

Bendungan sampah





Mayat Zamhari terjebak dibawah situ. Aku ingat betul kejadian naas yang menimpa remaja yang dulu aku khitan itu. Lama dicari oleh tim SAR BPBD, akhirnya ditemukan juga. Dia berenang ke dalam dan tersekap dalam pusaran air di sudut pintu air. Itu hanya salah satu kisah tragis yang mewarnai sejarah waktu berjalan di bendungan Ekoproyo, Pesayangan Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. 

Kisah lama yang tak kalah indahnya sudah tinggal kenangan. Disitu tempatku bermain saat aku SD. Bendungan yang bersih dari sampah, tempat warga desa berkumpul dan bertamasya ala kadarnya. Hiburan keluarga yang ekonomis. Sekedar mendengar desisan air menggelinding halus di atas bendungan. Sejak kecil aku sering dibawa kesini sama Ibu Bapak. 

Aku juga ingat saat menguji keberanianku berjalan diantara bebatuan di bawah bendungan. Berjalan memanjat lereng bendungan kala air surut. Berjalan di atas balok-balok semen menyeberangi sungai. Pernah juga pulang mandi dari terusan kaligung sebelah utara bendungan, sesampai di rumah kepalaku disambut sabetan ujung sapu oleh ibu. Aku menangis menderu, ibuku tak mau kehilanganku dengan membiarkan anaknya berenang di sungai yang penuh resiko.

Kini pemandangan di bendungan telah berubah. Tebing bendungan sisi timur yang sebagian hancur bertubi-tubi dihempas derasnya aliran sungai. Demikian juga dengan sebagian balok-balok semen dibawah bendungan yang dulu aku seberangi. Dan yang paling miris, adalah permasalahan sampah.

Kini tidak hanya air saja yang terbendung. Namun juga sampah yang menumpuk tertahan di pintu air. Mulai dari bungkusan plastik kresek yang tak tahu apa isinya, didominasi berbagai jenis plastik lainnya, sampai dengan sampah berupa bantal, dan bahkan aku  kadang melihat kasur yang diikat sedemikian besarnya. Tak habis pikir, apa sebenarnya yang ada dalam pikiran orang yang membuangnya.

Di ujung timur jembatan pun terlihat sampah-sampah yang dibuang warga berserakan di atas rumput. Mungkin yang membuang berkata "Ah, biar saja Tuhan yang akan mengurusnya, melalui tangan manusia, maupun bakteri pembusuk." Faktanya? Ini plastik, Bung! butuh ratusan tahun terurai. Bahkan sampai jasadmu hancur menjadi tanah pun, sampahmu bisa saja masih utuh!

Visi "Tegal Bebas sampah 2025" bukan hanya canangan Bupati Tegal pribadi saja, yang dirumuskan bersama dengan berbagai OPD dan lintas sektor terkait. Ini visi kita bersama, semua warga Kabupaten Tegal. Maka tidak bisa kita hanya diam dan menunggu, melihat apa saja yang akan dilakukan Bupati kita itu. Lebih buruk lagi pesimis dengan tidak mendukung programnya. Bukan demikian menjadi warga yang baik.

Aku pernah melihat potret  dari sebuah halaman buku. Disitu menanyakan, "Seandainya kamu telah meninggal, dan kini adalah kesempatan terakhir, untuk dihidupkan kembali dalam hidup yang kedua, apa sesuatu yang berbeda, yang akan kau lakukan sekarang?" Dan jawaban terbanyak dari pertanyaan itu adalah, "Aku akan mengulang hidup ini sekali lagi dengan bersungguh-sungguh."

Betul sekali! kita tidak pernah benar-benar bersungguh-sungguh. Padahal kita tidak akan diberi kesempatan hidup kedua itu. Maka, satukan tekad. Tegal bebas sampah 2025 bisa, dengan peran aktif segala bidang, segala lini, segala sektor. Semua lapisan masyarakat mempunyai peran dalam hal ini. Dari mulai rumah tangga hingga pemerintah. Sungguh, kita perlu bersungguh-sungguh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAUNCHING KABUPATEN TEGAL TERSENYUM, PROGRAM PENANGANAN LIMBAH MINYAK JELANTAH MELALUI SEDEKAH PERTAMA DI JAWA TENGAH

Selasa (23/2/21) Rumah Sosial Kutub berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Tegal telah melaksanakan Launching Tegal Tersenyum di Desa Uju...