Jumat, 13 Desember 2019

Peta Sampah: Bantaran Rel Pasar Bawang ke selatan



Sore sepulang kerja, masih make baju kekhi. Aku parkir mobilku di tempat biasa mangkal tenda gerobak angkringan, tepat sebelah barat pintu rel kereta api, depan Pasar Bawang, Banjaran.

"Mas, Mas, ke depan lagi Mas mobilnya, mau buat masang tenda nih." Aku terkaget oleh seorang pedagang yang lagi mau mempersiapkan "dasaran"-nya.

"Oh iya, Om." Bener juga. Aku kurang maju nih parkirnya.

Aku menapak di jalur rel kereta, ke selatan. Jadi inget masa kecilku, jalan di atas besi panjang itu sambil nge-test keseimbangan. Ups.. ups.. hehe.. mau jatuh. Banyak kerikil penahan getaran kereta yang kuinjak. Kusapa dengan senyum emak-emak yang sedang bermain dengan anaknya di sebelah bantaran rel.

Ternyata rel ini jadi pembatas desa. Sebelah barat rel adalah desa Adiwerna, sebelah timurnya adalah desa Tembok Banjaran, dan sedikit melewati sungai kecil, sebelah selatan sana, sudah masuk desa Ujungrusi.

"Mas, ini sampah menumpuk sudah lama disini?" tanyaku pada dua pemuda yang sedang nongki di rel.
"Iya, Pak. Nggak ada yang ngurusin." jawabnya, memanggilku 'Pak', mungkin karena seragamku. Padahal kita hampir seumuran.

"Kemarin hujan, gimana nih sungai, gapapa?" tanyaku.
"Wah iya, Pak. Kemarin hujan sebentar saja, bawa banyak sampah lho, ngumpul kebawa di barat sana. Padahal cuman sebentar hujannya." ujarnya.

Nah, ini dia, mulai deh masalah. Baru aja masuk musim hujan, sudah begini. Apa jadinya nanti bulan Januari, Februari ya? Ih, jadi teringat sampah-sampah temuanku di dataran tinggi sana. Akankah mereka akan terbawa kesini dan menyumbat? Soalnya, Adiwerna pernah kebanjiran juga 2 tahun yang lalu gara-gara sungai yang meluap. Hhh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAUNCHING KABUPATEN TEGAL TERSENYUM, PROGRAM PENANGANAN LIMBAH MINYAK JELANTAH MELALUI SEDEKAH PERTAMA DI JAWA TENGAH

Selasa (23/2/21) Rumah Sosial Kutub berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Tegal telah melaksanakan Launching Tegal Tersenyum di Desa Uju...