Aku merenung mengingat sebuah titik sampah yang aku temukan di 100 m sebelum pertigaan Banjaranyar Balapulang. Itu bersebelahan dengan tempat praktik dokter, kasihan. Sebenarnya semua kesuksesan pasti ada akarnya. Semua kehancuran pun ada akarnya. Apa yang memastikan sebuah pohon terus tumbuh dan berbuah? adalah karena akarnya yang memastikan semua itu terjadi. Akar dari semua pertumbuhan adalah "kesungguhan untuk tumbuh".
Sama dengan menangani masalah sampah ini. Akan berhasil jika kita bersungguh-sungguh. Jangan anggap remeh "Man jadda wajada". Itu bukan ucapan remeh temeh. Memang sudah hukum alamnya demikian. Hanya saja, manusia sering kehilangan kesungguhan itu di tengah perjalanan. Tak sanggup istiqomah.
Adriana, kenalanku, seorang bassist dari Columbia, Amerika. Saat kami bertemu di taman baca Ar-Rosyad desa Pasangan, dia mengatakan,
"Sumber masalah sampah ini ada di rumah kita masing-masing. Sehebat apapun penanganan kelola sampah di luar rumah, jika dari sumbernya (rumah tangga) masih memproduksi sampah berlebih, maka tetap akan menjadi masalah. Namun siapa yang akan menyentuhnya?"
Dia jeli menemukan akar masalah ini.
"Aku akan keliling ke rumah disini, satu per satu, mengajarkan apa yang seharusnya kita lakukan dengan sampah di rumah kita," ujarnya.
Lantas dia melihat plastik gelas air mineral yang sedang kuminum.
"Seperti yang sedang kau minum. Mengapa aku tidak ikut mengambilnya? Aku berpikir dua kali,sebelum melakukannya. Jika Aku minum air mineral itu, Aku akan membuat masalah baru. Mau kemana gelas plastiknya? menambah beban untuk bumi ini. Aku mending menolaknya, dengan membawa tumbler sendiri, dengan membawa wadah sendiri jika membeli makanan."
Wow, Aku malu, cengar-cengir, celingukan memandang wajah pegiat literasi lain yang ikut bergerombol bersama kami. Mau ditaruh dimana mukaku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar