Pulang kondangan di Warureja, menyusur jalan menuju pantura. Aku lihat dari kaca jendela mobil, sampah berserakan. Hadir dalam telinga batinku ucapan-ucapan...
"Tak mungkin, Tegal susah."
"Ah, dasar wis watek, ngurek!"
"Percuma kamu kampanye sampah, Tegal tidak mungkin berubah."
"Siapa yang bisa merubah perilaku sedemikian banyaknya orang?"
"Semua langkah kita itu hanya formalitas, mana yang bersungguh-sungguh?"
"Perda dibuat tapi tidak ditegakkan. Percuma, Tegal susah."
Pesimisme yang begitu tingginya akan masalah sampah ini sering kudengar dari kawan-kawanku. Begitu lemahnya iman kita akan tujuan mulia ini. Seolah perubahan mustakhil terjadi. Entahlah, paling hanya doa, harapan, ikhtiar yang normatif, tanpa gairah kepastian bahwa Tegal bisa bebas sampah.
Semua hanya bisa menyalahkan keadaan, lempar tanggung jawab. Semua beralasan bahwa pemerintah desanya susah, warganya susah, bupatinya tidak sungguh-sungguh, trendnya tidak mendukung, cuacanya tidak bersahabat, sarana prasarana buang sampah tidak ada, takdirnya susah. Yang pada akhirnya menjustifikasi, "tegal susah berubah."
Apa betul demikian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar